01 Agustus 2009

Sentuhan Kesabaran

Sentuhan Kesabaran
Oleh : Andrie K Wardana

Senin pagi, semua orang seolah berlomba saling mengalahkan dan saling mendahului untuk mencapai tujuan. Ada yang berangkat , ke tempat kerja ataupun ketempat untuk berniaga yang tentunya dengan mengendarai sepeda, motor atau mobil tak ketinggalan juga yang menggunakan skuter (singkatan suku muter : kaki berputar ataupun pake Accord alias angkat cokord yang artinya mengangkat kaki), ada yang sendiri mengendarai tetapi ada juga yang diantar oleh saudara, kakak, adik, om, tanteu, mang, bibi, aki, nini, pacar, ipar dan bisa juga tetangga ataupun nebengers kepada tetangga dan saudara yang searah ke sekolah atau ke kantor.

Semua seolah fokus dengan tujuan masing-masing sehingga yang mencuat adalam aroma individualis, kepentingan masing-masing yang utama, bagaimana caranya sampai ditujuan masing-masing sebelum batas waktu yang telah ditentukan, akibatnya banyak norma, tata nilai dan aturan yang dilabrak dan tentunya tegangan emosi berada pada titik diatas rata-rata sehingga tidak jarang klakson saling bersahutan manakala ada angkot yang tiba-tiba berhenti untuk menanti dan menaikan penumpang ditambah dengan sumpah serapah dan beliak mata yang melotot seolah ingin keluar dari kelopaknya hanya untuk menunjukan kekesalan yang sbenarnya dibawah hitungan menit.

Ada yg berkomentar :”dasar sopir angkot nggak pernah sekolah, berhenti seenaknya”; ternyata terdengar oleh supir angkot dan ternyata langsung dijawab dengan lantang : “pa kalo sekolah bener nggak mungkinlah jadi sopir angkot”, dengan mata melotot, wuih serrem, dan hasilnya adalah dua hati manusia yang saling emosional dan tentu tidak menyelesaikan masalah serta antrean kemacetan tetap terjadi ditemani sahutan klakson dan sumpah serapah plus wajah cemberut seorang anak yang takut kesiangan di hari pertama masuk sekolah bersembunyi dibalik punggung kurus sang ayah.

Sungguh pemandangan yang biasa terjadi sehari-hari terutama dipagi hari menjelang dominasi masyarakat bergerak berpindah dari rumah menuju tempat kerja, sekolah dan tempat mencari nafkah serta aktifitas lainnya. Disini terlihat bahwa tantangan dan cobaan hidup yang sederhana ternyata telah dimulai dan tidak semua insan berhasil melewatinya sehingga dapat melewati kemacetan dan kesemrawutan ini dengan hati tenang, dada lapang dan pikiran senang. Karena prinsip dalam menghadapi kesemrawutan adalah : tetap tenang,tersenyum dan nikmati keadaan atau CSE (Cool, Smile and Enjoy) karena meskipun kita cemberut, marah dengan sumpah serapah dan tentunya emosi meningkat tidak akan mengubah keadaan tiba-tiba menjadi lancar dan teratur tetapi tetap saja kemacetan menghadang kita ditambah hati yang gundah gulana, maka disarankan tersenyum, tenang dan nikmati, insyaalloh kita dapat melewati keadaan semrawut dengan relax dan lebih berfikir untuk hal lain yang lebih positif. Esensi dari perilaku tersebut adalah sikap sabar.

Selamat menikmati kondisi yang ada…… is still cool, smile and enjoy dan rasakan bedanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar