05 Agustus 2009

NATO dan Turunannya...

NATO dan turunannya…
Oleh : Andrie K Wardana

Jika kita mendengar tentang judul diatas yaitu NATO, maka akan kembali memori kita berhubungan dengan suatu kekuatan militer yang ada di belahan dunia ini yaitu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organisation) yang merupakan sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949, sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949 dengan pendirinya adalah 12 negara dari Benua Eropa dan Benua Amerika selanjutnya bergabung Negara-negara hasil perpecahan Uni Soviet sehingga menjadi kekuatan pertahanan dunia yang patut diperhitungkan.

Tetapi NATO disini bukan pembahasan itu tetapi lebih kepada sikap social masyarakat saat ini yang pernah juga di adopt oleh dunia periklanan yakni menjadi singkatan No Action Talk Only atau terjemahan bebasnya adalah ngomong doang tanpa ada tindakan atau aplikasi. Sehingga menjadi hambatan secara mental dan perilaku dalam mewujudkan dan atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan dan sasaran. Karena apa?.. karena semuanya hanya bicara tanpa ada tindakan apapun termasuk tidak ada yang mendokumentasikan pembicaraan tersebut karena semua sibuk bicara dan bicara.

Ternyata dalam perkembangan selanjutna si NATO ini tidak mau kalah dengan varian H1N1 alias flu babi yang bermutasi maka terdapat beberapa turunan dari NATO ini yang tidak kalah meresahkan dan mengganggu mentalitas masyarakat karena menimbulkan suatu kondisi yang tidak kondusif dalam tata hubungan baik kenegaraan, kepemerintahan juga hubungan kemasyarakatan, senada dengan yang di sampaikan oleh Bapak TJatja Kuswara, SH, MSi (Staf Ahli GUbernur Jabar) yaitu :

1. NACO (No Action Corection Only)
Tingkah laku ini semakin subur karena diberi contoh oleh para politisi elit di Jakarta yang selalu menyalahkan dan mengkoreksi hampir semua kebijakan pemerintah tanpa memberikan solusi yang jelas sehingga malah membebani perjalanan pemerintahan saat ini. Termasuk di level masyarakat sangat banyak yang senang mengoreksi orang lain tanpa melihat kekurangan diri sendiri dan akibatnya suasana hubungan masyarakat menjadi renggang.

2. NAMO (No Action Money Only)
Istilah ini lebih cocok kepada orang yang tidak mau bekerja tapi ingin kejelasan berapa rupiah uang yang pasti diterima atau dalam dunia birokrasi adalah sikap aparatur pemerintahan yang sudah jelas-jelas digaji oleh rakyat secara bulanan ternyata dalam pelayanan kepada masyarakat terkadang diskriminatif berdasarkan materi atau besaran rupiah yang diterima.

3. NADO (No Action Demo Only)
Kalau turunan yang ini lebih mengena dilekatkan kepada beberapa anggota masyarakat yang melakukan demonstrasi berdasarkan pesanan alias ‘pekerja demo’ sehingga pada saat melakukan demonstrasi dan biasanya ke Kantor Pemerintahan seperti Gedung sate untuk menyampaikan berbagai tuntutan tapi ternyata orang-orangnya itu itu juga bukan murni mahasiswa maka disatu sisi menambah lapangan pekerjaan baru sebagai pekerja demo tetapi disisi lain malah meresahkan masyarakat karena bukan murni aspirasi yang disampaikan.

4. NAPO (No Action Proposal Only)
Nah yang ini adalah berkaitan dengan oknum LSM atau Ormas yang ternyata mengandalkan proposal untuk memohon bantuan dana ternyata dalam pelaksanaannya hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya serta dalam pertanggungjawabannya hanya kegiatan fiktif belaka.
Dari berbagai turunan NATO tersebut maka masih dimungkinkan varian lainnya muncul dan menginfeksi tata hubungan kemasyarakatan. Demikian bahasan sementara tentang NATO semoga menjadi peringatan kepada kita untuk menghindari sikap dan perilaku tersebut.

2 komentar:

  1. bos ada satu lagi NADA... NO ACTIAON DIAM AJA... hehehehehhe (garingnya,....) hehehehhe
    selamat berposting, nice to know you

    BalasHapus
  2. Gosh..... I Love this one....
    soooooooooooooooo much like this post.....
    God bless U brader.......

    BalasHapus