10 Agustus 2009

Politik Versus Plato


Politik Vs Plato
Oleh : Andrie K Wardana

gambar dari http://en.wikipedia.org/wiki/Plato

Politik tanah air selama beberapa pekan pasca pencontrengan untuk memilih Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia periode 2009 – 2014 masih diwarnai berbagai move politik yang dilakukan oleh kalangan elit politik. Secara resmi penghitungan Komisi Pemilihan Umum menyatakan bahwa perolehan suara Capres dan Cawapres untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden ini adalah :
1.Pasangan Hj.Megawati SoekarnoPutri – Prabowo Subianto memperoleh 32,548.105 suara atau 26,76%.
2.Pasangan Soesilo Bambang Yudhoyono – Budiono memperoleh 73.874.562 suara atau 60,80%.
3.Pasangan Jusuf Kalla – Wiranto memperoleh 15.081.814 suara atau 12,41%.
Dengan jumlah suara 127.983.655 suara, suara sah 121,504,481 dan suara tidak sah sejumlah 6.479.174 suara. (kompas, 230609).

Ternyata setelah selesai perhitungan resmi maka bagaikan hujan lebat di malam hari, dengan segera berhamburanlah laporan perkara kecurangan kepada Mahkamah Konstitusi tentang kecurangan, ketidakadilan, permainan sehingga memenangkan salah satu pasangan calon. Termasuk yang krusial adalah tentang tata cara penghitungan kursi yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum yaitu SK KPU No 259/2009 ternyata dibatalkan oleh Mahkamah Agung dan KPU akan merevisi serta menunda penggunaan SK tersebut selambat-lambatnyan 90 hari setelah tanggal penetapan dari MA. Implikasinya terdapat solusi sementara terutama bagi politisi di daerah yaitu Calon Anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dapat segera di lantik menjadi anggota dewan yang terhormat. Meskipun masih menyisakan pertanyaan manakala terdapat perubahan dari Sk KPU tersebut.

Mengamati perjalanan dunia politik nasional saat ini maka terlihat bahwa perubahan-perubahan, streategi dan lobby begitu pekat dan kuat dengan tujuan untuk meraih kekuasaan yang tidak lama, hanya berselang 5 tahun tetapi betapa gempita dari berbagai kubu untuk bersaing meraih mimpi masing-masing.

Jika kita menyelam ke masa silam dan kembali mengungkap literatur lama yakni pada 427 SM, telah lahir di Athena seorang filsup teori politik kenegaraan yang termashur yaitu Plato dengan nama aslinya Aristokles. Pendapat Plato, segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini bukanlah hakikat dari sesuatu itu. Kebenaran sejati adalah apa yang tergambar di dalam idée atau eidos. Selanjutnya Negara ideal adalah suatu komunitas ethical untuk mencapai kebajikan dan kebaikan, disini Plato menempatkan kebaikan dan kebajikan sebagai ide tertinggi.

Sementara kenyataan yang terjadi saat ini adalah perseteruan di tataran elit politik yang terlihat secara massif menyampingkan kebajikan dan kebaikan tetapi lebih mengedepankan ego dan emosionalitas semata untuk meraih harapan masing-masing. Sedangkan Komisi Pemilihan Umum, bagaikan pelanduk di tengah-tengah pertempuran gajah yang sangat besar dan berkuasa. Terlepas dari berbagai sorotan atas kekurangan dan kelemahan kinerja KPU, disatu sisi tetap kita harus memberikan pujian dan rasa bangga bahwa para anggota KPU termasuk KPU di Provinsi dan Kabupaten/Kota sampai anggota KPPS di level TPS mampu menyelenggarakan pelaksanaan Pemilu Presiden 2009 dengan lancar dan damai.

Meskipun tentu masih terdapat berbagai kelemahan selama perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi di kegiatan Pemilu Presiden ini, dan jangan lupa bahwa anggota KPU itu diseleksi oleh DPR RI yang merupakan representasi dari Partai Politik yang ada di Indonesia. KPU bekerja berdasarkan Undang-Undang yang dibuat oleh DPR RI dan Pemerintah yaitu UU No. 22 tahun 2007, UU No.10 tahun 2008 dan UU No.42 tahun 2009 sementara sekarang setelah berusaha melaksanakan semua tahapan berdasarkan peraturan perundang-undangan, KPU malah menjadi sasaran telunjuk kesalahan dari berbagai pihak….

Sekarang saatnya kita tafakur dan mengkaji diri sebelum membaca dan mengkomentari apalagi menuduh pihak lain tidak becus bekerja… kita ingat dengan Plato bahwa tataran ideal dalam berpolitik ada dalam bentuk ide namun aplikasi sederhana adalah mengedepankan kebajikan dan kebaikan.

1 komentar:

  1. kalau awalnya seperti hujan lebat di malam hari.... mudah-mudahan gak akan berujung menanti pelangi di malam hari.............

    seru oge neh.... ngebahas politik pake bahasa lebih reingan.....

    Gambathe........!!!!!

    BalasHapus