25 Agustus 2009

Labirin Senja




Labirin Senja
orat oret Andrie K Wardana



Untaian keheningan seakan terpecah oleh berisiknya khayalan yang berdesakan di inti otakku yang mengembang, saling berebut untuk meraih posisi yang menguntungkan. Satu sama lain hanya berfikir bagaimana meraih tujuan tanpa mengindahkan lagi norma-norma otak yang tersenyum membingkai hiasan malam yang semakin temaram.

Hidup ini indah teman, mengapa disia-siakan?... satu ungkapan kalimat yang terngiang dan menjadi teman dalam labirin kebingungan yang memuncak. Sungguh tidak disangka dalam satu masa yang begitu tenang, menyenangkan, adem ayem ternyata sangat rentan dengan kejadian yang tidak terduga dan tidak tersangka. Bagaikan teroris yang melakukan peledakan bom bunuh diri di tempat yang tidak diduga dan waktu yang kita
semua tidak tahu.

Sederhana saja permasalahan yang terjadi, hanya sebuah jalinan kata yang disampaikan tanpa ada ekspresi bahwa ini benar atau salah. Hanya saja ternyata setelah sebuah langkah terjejak maka menjadi ikatan memori yang menjajah otak dan tak henti memprovokasi munculnya impuls-impuls pikiran liar yang bergabung dengan suudzonisme. Persektif penyampaian justru dilandasi niat baik untuk memberikan informasi secara utuh, lugas dan nyata saja dan menyadari bahwa hal yang terjadi tersebut adalah awal dari kemungkinan tindakan kesalahan yang fatal dan mungkin tidak termaafkan. Disisi lain bersentuhan dan menggelitik ego dan tangung jawab serta komitmen yang telah dirintis dan diamini bersama untuk meraih tujuan bersama yang hakiki.

Sungguh pendewasaan ternyata berjalan seiring dengan langkah waktu menuju masa depan dan meninggalkan detik ini menjadi masa lalu. Sehingga sebetulnya do’a kita kepada Sang Pencipta cukup berbahagia dan dirahmati itu 3 hari saja…… yaitu hari kemarin, hari ini dan hari esok. He he he sama saja donk… apanya yang sama?... entahlah, tapi yang pasti mentari sore tersenyum menjemput sunset di bukit padalarang dan perlahan bayangannya tenggelam memantul di permukaan anakan waduk Saguling.

Pegangan tangan keengganan perlahan mengelupas dan menyisakan senyum simpul penuh arti yang tenggelam oleh jeritan burung liar yang berebut alang-alang demi membangun mimpi di tepian janji yang sunyi. Waktu terus berlalu dan kenyataan tetap harus dihadapi, karena jika kita berbalik arah dan berusaha meninggalkannya maka kita sendiri yang tertelan, tenggelam dalam ketertinggalan yang menyakitkan. Apapun yang terjadi tentu lebih arif jikalau dihadapi, dan hasilnya meskipun mentari hanya tinggal sesaat menyentuh bumi tetapi semburat merah lembayungnya tetap menari dan berbaur dengan angin di sore beserta semerbak bunga harapan yang mengembang dan berseri menanti lebah yang mengambil sari pati, oh indah nian sore ini.

Akhirnya gelora keheningan dan kebimbangan serta rebutan di alam pikiran berakhir, ide yang satu dengan ide yang lain telah bergamit lengan berpeluk erat dan sang egoisme mencair seiring uap suudonisme sirna membentuk kabut tipis yang perlahan menghilang tertelan jalinan kisah anak manusia yang sedang mencari makna dari lambang dan fenomena fana yang terkadang muncul dalam mozaik keeratan persaudaraan ataupun terkadang memercik dari sisi kesombongan dan kekeraskepalaan…. Sore telah berganti malam…

Gelapnya malam dan gulitanya kenyataan ternyata tidak mampu menghapus terangnya memori harapan yang berkibar dan terus berkibar, menjadi pemimpin dari semua ide yang tadinya berdesakan, saling mengaji diri mengukur diri dan menandai kepantasan untuk berurut membuat symponi nada yang indah dan harmonis.

Maka gelaran nada yang menggema telah menggerakkan nurani tuk kembali hormati norma-norma yang hakiki diiringi janji suci dan impian indah yang hakiki. Alam pikiran kembali ceria, hilangkan labirin keengganan yang tersia, tergantikan oleh senyum menggoda jaringan otak kanan yang terstimulan untuk menghitung kemungkinan terumit dalam rumus kehiupan yang sedang menganga. Luar biasa…

Ya Allah Azza Wazalla… terima kasih atas nikmatmu saat ini…

Pikiran kotor telah menggelontor
Otak sempit telah pamit
Tinggal ide kreatif sedang mengintip
Menanti saat untuk tampil inovatif
.......................

Sore bersemi di Rambut Kasih KBP…

5 komentar:

  1. .......
    menggelayut asa terlintas
    meretas diatas kertas
    menjadi tarian rindu pada secawan nyanyian pagi
    tentang nafas sumsum kehidupan abadi
    .......

    gila si akang nulis na euy, makin edan.... dua acungan jempol kangge akang ......

    BalasHapus
  2. ternyata berbakat menjadi penulis cerita ataupun penulis mengenai bidang na komo bidang keamanan dan ketertiban mah
    terus menulis jangan pernah berhenti walau sesaat
    yudi

    BalasHapus
  3. firmansyah : hihihi..... masih pemula boss, makasih supportnya

    BalasHapus
  4. kang yudi Jibran : hatur nuhun kang, mohon doa dan dukungannya...

    BalasHapus
  5. kereennnnnnnnnnnnnnnn..............
    labirin senja.....
    lagi nunggu di belang KBP iyah???????
    uugh.suami yang baik.........

    BalasHapus