07 Agustus 2009

Panas di hari Jum'at


Panas di hari Jum’at
Oleh ; Andrie K Wardana

Seorang anak manusia masih termangu dan merasakan bahwa rasa lelah masih tersisa di badan dan jiwanya setelah empat hari yang lalu meniti jalan dan meraih pengalaman serta rejeki diluar kota kembang dalam balutan formal kedinasan. Tetapi show must go on.. sehingga dengan tertatih dan aura kemalasan tetap saja menyeret sepasang kaki menuju tempat pemandian, lantas menyambut segayung air agar tertumpah di badan dan
membiarkan meresap membuka lubang pori-pori yang tersenyum ketakutan dalam dekapan dinginnya dini hari.

Setelah bersentuhan dengan air, secara serentak seluruh sendi terdiam dan ternganga seakan tak percaya bahwa waktu untuk relaks telah sirna tergantikan oleh semangat kesegaran baru untuk melanjutkan kehidupan dengan rutinitas yang belum tahu apa yang akan terjadi. Tetapi yang pasti phisik sudah siap kembali menjalani roda kehidupan dan pikiran telah terbuka, hilang rasa kantuk dan bersiap menuju tempat biasa untuk meraih mimpi dan angan, menggenggam harapan dengan kesungguhan.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat sehingga pagi menjelang siang begitu terasa hanya seakan kilat yang berkelebat dengan senyum simpul seorang sahabat, dan sebentar lagi saatnya menghadap dalam balutan kesucian air wudhu untuk bergegas memohon hidayah dan ridha dari Allah Azza Wajalla dalam suasana kekhusukan shalat jum’at.

Diluar sana…. Siang ini panas menyengat, mentari seolah mengerahkan seluruh kekuatan cahayanya tuk menggempur sang bumi yang semakin rapuh. Betapa kuatnya cahaya itu sehingga suasana begitu membungkam angan menghentak pikiran dan menyelusup ke semua relung terdalam dari aliran pemaknaan jiwa yang masih mencari asa… dan menjadi bagian suasana penggoda kepada insan manusia agar menumpuk keengganan dan mengurungkan niat untuk menunaikan shalat jum’at yang tentunya merupakan kewajiban bagi kaum muslimin.

Hampir saja daku tergoda…. Tetapi dengan sekuat kemampuan maka bergegaslah menggerakan seluruh kekuatan lahir dan batin menuju pelataran LIPI di Jalan sangkuriang Bandung dengan menahan rasa panas yang sedikit mebakar hatiku dan mengikis kemalasan untuk bergabung dengan manusia-manusia lain yang penuh antusiasme dan semangat berlomba mencari posisi yang tepat sehingga dapat mengikuti ibadah dengan tumaninah.

Mesjid At Taqwa Komplek LIPI Jalan Sangkuriang Bandung hampir penuh oleh jamaah dan setelah dengan bersabar mengantri untuk membasuh raga dan mengisi jiwa dengan air wudhu yang begitu sejuk dan tertata maka terasa bahwa hari ini semakin bermakna dan bersiap menundukan jiwa di rumah Sang Pencipta.

Ternyata… rasa panas yang tercipta dluar sana telah sirna, tergantikan dengan sejuknya hawa keislaman dan keindahan dalam mesjid yang asri ini. Sang mentari tertunduk dan tidak berani mengganggu lagi karena sama dengan seluruh manusia muslim di dunia untuk tunduk keharibaan-Nya dan terlarut dalam untaian makna shalat jumat siang ini.

Allahu Akbar…

gambar diambil dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Matahari

2 komentar:

  1. Allahu akbar.....
    subhanallah tulisan nya merinding...
    teruskan postingnya pak.... saya dukunglah...

    BalasHapus
  2. ngaguluyur... sesuai rintihan bathin pak ustazd. eta godaan meuni ku dahsyat nya Pa... ck ck ck. Tapi reugreug pami nyadar keneh kana panggilan Illahi mah estu ning urang teh sadar sebage makhluknya.

    BalasHapus