13 November 2009

Wonosobo - Yogyakarta

Wonosobo - Yogyakarta
oleh mas andrie

Dinginnya Kota Wonosobo tidak bisa menghalangi kami untuk meninggalkan kota yang asri ini, karena kami hanya memiliki waktu yang sangat singkat sementara agenda kegiatan sangat padat….. cieeee sok sibuk yach. Sehingga dengan berat hati akhirnya sang waktu memaksa kami meninggalkan Hotel Surya Asia Wonosobo dan bergerak menuju sentra oleh – oleh khas Wonosobo yaitu carica, carica adalah buah khas yang hanya tumbuh di dataran tinggi Dieng dan merupakan saudara dari buah pepaya tetapi dengan ukuran yang lebih kecil dengan daging buah yang bertekstur lembut sangat enak di lidah pada saat dikunyah di dalam mulut. Carica ini biasa dibuat menjadi manisan yang dikemas dengan tepat menggunakan botol kaca yang transparan dan disertai air gula yang cukup kental tetapi jangan salah rasanya mantap dan segar apalagi jika disimpan dalam lemari pendingin. Harga yang ditawarkan untuk eceran adalah Rp.8.500,- per botol dan jika kita membeli satu dus yang berisi 12 botol maka harganya Rp. 90.000,- lebih murah tentunya.

Selain carica, oleh – oleh yang lain adalah keripik jamur dan kacang koro dieng. Tidak asing sih seperti kacang koro dapat ditemukan juga di daerah bogor dan cianjur tapi karena dibungkus plastik dan ada cap dari Dieng maka tetap dibeli untuk oleh-oleh karena mewakili nama daerah yang dikunjungi. Masalah rasa ternyata memang cukup enak, renyah dan gurih di lidah serta dapat menjadi teman perjalanan yang menyenangkan, tapi hati-hati kalau terlalu banyak maka bibir akan terasa kering dan tenggorokan serak… disitu fungsi manisan carica…. Yang akan melancarkan kembali jalur pencernaan dan badan akan kembali terasa segarrrrr….. he he kok jadi iklan, tapi yang pasti memang enak lho. Dengan harga yang terjangkau yakni Rp.8.000,’ per bungkus cukup murah dan banyak, sekitar 1/5 kilogram.

Setelah puas berbelanja oleh-oleh maka perjalanan dilanjutkan dan Nissan Frontier Navara kembali melesat menyusuri jalan di daerah wonosobo menuju ke arah Kabupaten Temanggung. Perjalanan memasuki jalanan yang menanjak dan terus menanjak dengan sekali-kali terdapat kelokan ditemani udara yang sangat menyegarkan dan pandangan mata dimanjakan oleh pemandangan lukisan alam yang indah tiada tara dan tidak ada habisnya, Gunung Sindoro Sumbing mengawal di sisi kanan dan Gunung Perahu di sisi kiri menambah pesona elok suasana alam serta putihnya awan yang melingkupi kawahnya seolah menaungi dan menjaga agar kekayaan alam ini selalu terjaga.

Perjalanan memasuki wilayah Parakan, sebuah kota kecil yang tidak kalah indahnya dengan jalan yang mulus dan lalu lintas yang mulai padat serta pancaran keramahan dari wajah parapenduduk yang dijumpai. Setelahmengambil arah ke kanan maka perjalanan kembali dilanjutkan sampai memasuki wilayah Temanggung…. Tergelitik di hati kecil ingin melihat rumah yang menjadi saksi bisu penangkapan gembong teroris Nurdin M.Top ehh ternyata Ibrohim.. terbayang khan betapa daerah yang cukup sunyi ini menjadi terkenal secara nasional karena di liput dan siarkan langsung proses penangkapan gembong teroris ini oleh dua stasiun televisi nasional termasuk pucuk pimpinan Polri pun berkenan hadir….. ruarrrr biasa. Tetapi sayang, kami tidak bisa menuju desa yang tiba-tiba terkenal itu karena memburu waktu untuk melakukan peninjauan ke daerah Mungkid Kabupaten Magelang.

Ada apa di daerah Mungkid Kabupaten Magelang?..... pertanyaan itu mulai terbuka setelah kami memasuki wilayah Kota Magelang yang memiliki infrastruktur yang cukup lengkap. Jalan yang lebar dengan empat jalur, trotoar yang kokoh dan bersih serta berbagai bangunan yang tertata rapih. Terasa bahwa kami sudah memasuki salah satu kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sepanjang mata memandang, berderet bangunan minimal 2 lantai, ruko dan berbagai pusat perbelanjaan dan toko cepat saji yang modern…. Serasa di Bandung. Setelah beberapa perempatan kami lewati maka terdapat plang penunjuk jalan dengan tulisan “ke Mungkid/Borobudur”….. ohhhh ternyata Candi Borobudur yang terkenal secara internasional itu letaknya tepat di Daerah Mungkid Kabupaten Magelang…. Selama ini taunya sih magelang aja…..



alhamdulillah berarti perjalanan saat ini menambah wawasan pengetahuan terutama tentang tempat-tempat yang bersejarah. Tak terasa 15 menit kemudian kami sudah masuk gerbang pelataran Candi Borobudur dengan membayar Rp.12.500,- per orang dan biaya parkir, trus kalau tidak mau kepanasan maka dapat menyewa payung yang banyak dijajakan dengan harga Rp.5.000,-/payung, terkadang jika di hari libur dan ramai pengunjung maka dapat kita tawarmenjadi Rp.3.000/payung….. murah bukan. Ada lagi setelah kita beli tiket lalu kita masuk dan harus melalui pintu detektor logam, setelah lolos maka barulah memasuki pelataran candi Borobudur yang sebenarnya. Jika ingin jalan-jalan maka disediakan kereta dengan tiga gerbong dan harga karcis Rp.5.000,- per orang, jikalau sepi maka minimal kita membeli 5 tiket maka kereta tersebut akan tetap jalan yang tentunya dengan kondisi 3 gerbong yang melongpong alias corengcang…



Setelah turun dari kereta tamasya, maka dimulailah pendakian menikmati tangga demi tangga Candi Borobudur yang megah dan merupakan bukti kemampuan leluhur kita dalam ilmu seni bangunan dengan pendekatan teknik arsitektur yang luar biasa plus sentuhan religus yang sangat kental, maka sudah seharusnya kami dan kita sebagai warga negara indonesia menjaga dan memelihara serta menginformasikan kemegahan bangunan ini agar seluruh dunia mengetahuinya dan tentu bersama-sama memeliharanya.

Tak terasa tetesan keringat membasahi sekujur tubuh, tapi tidak menurunkan semangat untuk berkeliling dan menikmati keindahan relief yang bererita di sekeliling candi, padahal ini bukan kunjungan perdana ke sini tetapi tetap saja rasa bangga dan kagum tetap menyergap dan menunjukan bahwa leluhur kita adalah orang-orang yang linuhung dan adigjaya. Setelah puas berkeliling dan berphoto sebagai kenang-kenangan tidak lupa kami menjulurkan lidah… eh tangan untuk meraih jari manis salah satu patung yang ada dalam stupa, kata mitos sich barang siapa bisa memegang jari manis patung dalam stupa tersebut maka keinginannya akan tercapai…. Benar juga karena setelah bisa menyentuh jari manis patung tersebut maka satu keinginan kita terwujud yaitu memegang jari manis patung di Borobudur…. Ah jadi puter-puter, pokoknya…. Gitu aja lah. Perjalanan di lanjutkan untuk menuruni anak tangga yang cukup curam sehingga terbayang pada masa lalu pada saat pembangunan Candi Borobudur ini betapa tinggi besar postur dari para leluhur kita ini…. Raksasa kaleeee…… ah jadi ngaco, kembali ke laptop.





Akhirnya kami turun dari candi dan berjalan menyusuri area halaman yang sangat luas ditemani lambaian daun daun hijau yang tumbuh subur disekitar Candi Borobudur ini, tidak lupa ditemani juga beberapa patroli polisi pariwisata yang berteduh dibawah pohon lengkap dengan mobil patrolinya untuk menghindari tatapan sang mentari yang semakin siang semakin garang.

Kamipun berjalan menyusuri tempat penjualan souvenir atau pasar khusus yang merupakan jalan keluar area candi dengan tujuan tentunya para pengunjung mungkin saja tertarik dan membeli berbagai produk oleh – oleh/ souvenir tentang Candi Borobudur dengan berbagai bentuk dari mulai kaos, kain, kemeja, patung, replika candi, gantungan kunci, asbak, balpoint, garukan punggung, topi, jaket, mutu-coet, hiasan dinding, kalung, gelang, padudan, celengan, patung asmat, payung dan sebagainya… selain itu berjajar aneka makanan dan minuman yangg meyambut para pengunjung yang rata-rata kecapean dan kehausan sehingga terjadilah transaksi jual beli yang saling menguntungkan.

Akhirnya waktu jua lah yang memisahkan kami dengan Candi Borobudur, perjalanan di lanjutkan menuju Kota Yogyakarta dan memakan waktu 25 menit saja kami sudah memasuki jalan arteri utara Kota Yogyakarta dan perlahan tapi pasti kami menyusuri jalalan Kota Yogyakarta menuju arah jalan Malioboro. Setelah berkeliling 3 kali dan 3 hotel yang kami datangi yaitu Hotel Inna Garuda http://www.innagaruda.com, Hotel Ibis (www.ibishotel.com) dan Hotel Mutiara ternyata kami mendapatkan kamar yang kosong di Hotel Mutiara (http://www.mutiarajogja.com/) karena dua hotel sebelumnya sudah fullbook… luar biasa, padahal kami datang bukan di akhir minggu tapi weekday, apalagi datang di sabtu minggu… hebat memang yogya…. Tapi hotel yang diluar malioboro gimana?.... apa penuh juga?... kami tidak mau berandai-andai tetapi akan menjadi alasan kami untuk datang ke Yogya dan melakukan pengecekan…. Hehe itu sih alasan saja supaya bisa datang lagi ke yogya…..

Langkah kami terhenti di kamar hotel dengan interior jawa yang menawan dan masuk serta dengan segera merebahkan tubuh yang lelah menyusuri hari dengan aktifitas yang cukup padat….. zzzzzzzzzzzzzzzzzzz…. Alam mimpi mendatangi kami.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar