07 November 2009

Perjalanan Cirebon - Dieng

Perjalanan Cirebon - Wonosobo- Dieng
Tulisan Mas Andrie

Senja mulai merayap menutupi keindahan alam hasil ukiran dan perhitungan yang luar biasa presisi dari Sang Maha Pencipta di tengah – tengah Provinsi Jawa Tengah tepatnya di dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Awalnya agak ragu mendaki dataran tinggi Dieng di sore hari karena takut kabut menghalangi pandangan di sepanjang perjalalanan, tapi dengan niat yang kuat dan didukung oleh teknologi dari Nissan yang tertanam di Frontier Navara 2488 cc sangat membantu pendakian yang seolah tanpa ujung. Mulusnya aspal yang membalut jalanan sepanjang Wonosobo – Dieng menyambut kami dengan senyumnya yang khas penuh keramahan dan pastinya adalah udara dingin yang menusuk seluruh permukaan kulit kami, dan ternyata perjalanan selama 25 menit dari Kota Wonosobo menjadi perjalanan yang mencengangkan serta mencerahkan pikiran dan psikologis kami. Pertama adalah lepas dari rutinitas dan yang kedua semakin menambah rasa syukur dan betapa kita memang bukan apa-apa dihadapan Sang Maha Pencipta yaitu Allah Subhanhu Wataala.



Kita kilas balik dulu kebelakang ahhh…… perjalanan menuju Kota Wonosobo diawali dari Kota Cirebon menuju wilayah Brebes dengan tak henti-henti melihat penunjuk jalan karena kami semua masih awam untuk rute menuju Wonosobo, maka berulangkali kami berhenti untuk sekedar bertanya dan atau bertanya lagi, supaya mendapat kejelasan arah dan tidak membuat kami tersesat diperjalanan. Ternyata semakin banyak bertanya, malah jadi bingung, akhirnya diputuskan berhenti di sebuah tempat di Brebes untuk membeli telor asin… (lho Kok nggak nyambung? :D ) ah sambungin aja. Kita disuguhi tester telur asin 5 butir dengan klasifikasi ada yang tesinba dan tesinbi… yaitu telor asin bakar dan telor asin biasa dengan perbedaan harga Rp 200,- lebih mahal tesinba. Setelah gurihnya telor asin meluncur ke mulut dan dikunyah ternyata perbedaannya adalah dari banyak sedikitnya kadar air dalam putih telurnya, jadi yang tesinba lebih kering malah ada yang kering banget jadi beda dengan telor asin biasa.

Nah… sambil menikmati tesinbi dan tesinba, pertanyaan tentang rute ke Wonosobopun kembali digelar dan jawaban dari mbak pelayan toko alhamdulillah semakin memusingkan karena ternyata mereka belum pernah jalan-jalan jauh dan tahu nya hanya alun – alun Brebes…. Walah mak nasib. Tetapi setelah dapat kontak dengan temanku yang ada di Wonosobo, Mbah Dyah Retno. maka arah perjalanan semakin jelas didukung informasi dari Pak le ku yang tinggal di dearah Klampok Banjarnegara maka semakin mantap arah yang dituju, plus beli buku Atlas yang ada peta Provinsi Jawa Tengahnya… meskipun peta nya kecil tapi lumayan bisa mengurangi kegamanan dan mereugreugkan perjalanan kami kali ini.

Perjalanan dilanjutkan dan pas belok kanan ternyata masuk ke pasar di dekat alun-alun Brebes… dan setelah bertanya untuk kesekian kalinya kami dapat terbebas dan meluncur memasuki daerah Jatibarang Kabupaten Brebes. Perjalanan yang menyenangkan karena kanan-kiri jalan dihiasi oleh perkebunan bawang merah yang subur dan harmoni, suasana kampung yang tertata apik serta udara siang yang terasa begitu bersahabat dan perjalanan pun tidak terasa membosankan dan ternyata sudah berpindah wilayah memasuki daerah Balapulang Kabupaten Tegal. Perjalanan selanjutnya disuguhi oleh keteduhan Hutan Jati hingga masuk Desa Prupuk lalu Tonjong yang masuk dalam wilayah Kabupaten Brebes…. Jadi bingung, tapi ternyata memang wilayah yang dilalui merupakan perbatasan dari 2 kabupaten tadi, so… jangan bingung, lanjutkan saja perjalanan dengan senyuman.
Deru mesin Nissan Frontier Navara terasa berkarakter menembus jalanan yang berkelok bak ular yang sedang menikmati suasana alam pegunungan sehingga tidak terasa perjalanan telah memasuki Kabupaten Banyumas tepatnya Desa Kranggan Kecamatan Pakuncen. Perut terasa mulai lapar akan tetapi memilih rumah makan ternyata bukan perkara mudah, karena agak sulit mencari rumah makan yang tepresentatif, di dekat terminal Bumiayu sebelum pom bensin ada rumah makan yang cukup besar akan tetapi penuh dengan rombongan yang menggunakan bis, sehingga dengan berat hati bergerak kembali menyusuri jalan dengan menahan rasa lapar yang ternyata tidak mau hilang. Akhirnya setelah sekira 20 menit melahap jalanan yang berkelok, sebelah kanan jalan ada rumah makan Sumber Alam, lengkap dengan toilet dan mushola yang menampung sekitar 30 orang jemaah, rumah makan inipun dirancang untuk menerima tamu rombongan dalam jumlah besar tetapi untung saja pada saat kami menepi tidak ada sama sekali bis yang sedang parkir sehingga kami bertiga terasa begitu asing dengan deretan kursi dan meja yang dapat menampung konsumen lebih dari 300 orang. Setelah memilih makanan maka kami bertiga melahap makanan tanpa banyak berbicara karena sang perut terus menagih tanpa henti untuk diisi…. Allahumma bariklana fiiima rojaktana wakina adzabannar.

Perjalanan masih panjang, setelah menunaikan shalat di mushala Rumah makan Sumber Alam Banyumas maka kelokan jalan dengan aspal yang mulus terasa memanjakan para penumpang dan terhindar dari guncangan dan dimanjakan kembali dengan hamparan sawah hingga memasuki kawasan Baturaden…. Asyik berarti udah dekat dengan Kota Purwokerto. Akhirnya Kota Purwokerto telah dilalui dan selanjutnya memasuki Daerah Banjarnegara, tapi agak sedikit heran karena ternyata membaca iklan rumah makan terutama dengan menu bakar-bakaran tidak pernah ada gurame, yang ada bawal, kakap, ikan mas dan atau ikan lainnya. Sebagai gantinya yang ada adalah bakar ikan gurami..???? apa memang beda istilah atau ada ikan jenis lain, tapi kesimpulan sementara sih hanya beda istilah saja antara gurame di jawa barat dan gurami di jawa tengah…. Atau jadi guramo di jawa timur… entahlah…



Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 5 jam dari Kota Cirebon, tibalah kami di Daerah Wonosobo dan terasa keasrian, kenyamanan serta aura keramahan menyapa kedatangan kami. Ternyata semangat masih tinggi maka perjalanan di lanjutkan ke dataran Tinggi Dieng… wow menanjak, berliku, jalan kecil dan yang pasti iri adalah mulusnya jalan ternyata merata antara jalan yang besar di kota dengan 4 lajur dengan jalan menuju dieng yang hanya 2 jalur yang pas pasan untuk 2 kendaraan. Termasuk sport jantung adalah pada saat pendakian hampir mencapai puncak, ternyata jalan terputus dan di ganti oleh jembatan bailey dengan tulisan peringatan bahwa kekuatan maksimal adalah 5 ton dan harus berjalan satu-satu…. Pas melewati jembatan darurat tersebut hampir semua diantara kami menahan nafas padahal perjalanan tidak sampai 1 menit… tapi kengerian terpancar dari pengemudi karena jika terjadi sesuatu dengan jembatan tersebut, kami akan jatuh bebas dari ketinggian 1900 meter diatas permukaan laut. Alhamdulillah jembatan dapat dilewati dengan aman tapi pertanyaannya.. berarti kalo pulang lewat lagi donk????... alamak.



Akhirnya dengan perjuangan menempuh perjalanan cukup panjang, tibalah kami di dataran Dieng dengan selamat dan disambut oleh dinginnya udara yang bener-bener dingin. sebelumnya kami mengabadikan sunset yang indah meskipun sedikit terganggu oleh atap-atap rumah penduduk karena darurat mengambil gambar pake hape.... yach apa adanya.

Sebagai rasa syukur kami, maka kami bersujud syukur dan terlarut dalam shalat Magrib di Mesjid Al Amin RT 01 RW 01 Dieng Kulon. Brrrrrrrrrrr ….. air wudhunya menyentak kami karena sangat dingin menyentuh kulit…. Asli dingiiiiiiiiiin termasuk kaki kami sampai ke pergelangan karena bentuk tempat wudhunya mengharuskan kaki tersebut terendam sampai mata kaki alias mumuncangan….



Dan setelah shalat magrib maka dapat dibedakan mana pendatang dan mana penduduk asli. Dari sekitar 15 orang makmum ternyata hanya kami bertiga yang memakai stelan kaos lengan pendek yang tipis, sementara sisanya orang asli Dieng menggunakan jaket yang tebal-tebal….. bukan kami sok jago, tetapi karena memang tidak ada persiapan untuk berdingin-dingin di tengah pegunungan di Provinsi Jawa Tengah ini… brrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr… dingiiiiiiin.




Itulah cerita awal kami sampai ke dataran tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo, untuk mengusir rasa dingin sejenak maka kami masuk ke Rumah Makan Bu Jono dan memesan Soup Sayuran serta the jahe…. Alhamdulillah dapat mengganjal kelaparan dan kedinginan kami. Selanjutnya terlarut kami dalam obrolan terutama pengalaman perjalanan yang mengesankan….. bulan hampir purnama di dataran tinggi Dieng menatap kami dalam kelembutan malam yang merayap menuju keheningan ditemani kabut yang perlahan turun mewarnai cakrawala menantang bintang untuk hiasi malam dengan senyuman.

bersambung...

14 komentar:

  1. wewh.... makanan 60%.... perjalanan 40% hehehe
    kurend sangadh.....
    like it....

    BalasHapus
  2. seimbang non.. btw thx comment nyaww

    BalasHapus
  3. standard.. almost every body had experience like that. keep digging with new adventures

    BalasHapus
  4. engkin mah pami tiasa rekomendasikeun sim kuring kanggo tiasa ngiring.
    oleh2 na katampi pisan, nuhun.

    BalasHapus
  5. mas anon : thx.... maklum masih amatir.... tapi insyaaloh kualitas tulisan akan terus ditingkatkan...

    @cahyo: mangga.... tangtos direkomendasikeun...oleh2 mah sakedik... haturlumayan

    BalasHapus
  6. cukup bagus ceritanya walau masih kurang lengkap....tapi kalau kapan2 main lagi ke dieng bisa mampir ke rumah orang tua saya mas..... 2 KM sebelum dieng, sekedar perkenalan dan minum serta makan seadanya pasti kita siapkan...... 085228131313

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, dg siapa ini?...... Oke ntar di telp ke hpnya

      Hapus
  7. wah,..kalo cerita Dieng, aku inget dulu waktu jalan-jalan di Candi Arjuna,...yang gak aku tahan adalah Udaranya dingiiiinnnnn banget,....good-good artikelnya

    BalasHapus
  8. Mas agung salam kenal yach..... Memang dinginnya ga tahan di sana.... Tulisan ini masih acak2an, masih belajar

    BalasHapus
  9. Wah keren gan.
    Saya tulis di keywordnya bis rute cirebon-wonosobo. Yg keluar tulisan mas. Kirain kesana naik bis umum hehe punteun. Kalo tau naik bis apa dari cirebon-wonosobo bisa kabari saya nurmalatita@gmail.com

    BalasHapus
  10. Bang kalo ke gunung prau ke dri dieng jauh gk ?

    BalasHapus
  11. Dari setelah nikah istri pengen banget ke dieng, blm ada waktu libur panjang sampai skrang sdh punya anak sepasang kta'a pngen ke dieng..
    Semoga sja ada waktu ke dieng di bulan depan saat hari lahir istri, itung2 hadiah ultah & jln2 bareng anak2

    BalasHapus
  12. Haha...lain kali klo mampir brebes , tulisan telur asin di artikel d ganti ENDOG ASIN seru

    BalasHapus