02 November 2009

Nostalgia DAMRI

DAMRI

oretan andriekawe


Setelah hampir satu tahun meninggalkan kawasan Jatinangor Kabupaten Sumedang, maka di awal november ini rasa kerinduan itu dapat terpenuhi karena diawali dengan kegiatan dinas selama dua hari dan dilanjutkan acara reuni dari kampus tempatku menuntut ilmu dahulu.

agar terasa lebih dalam meresapi rasa nostalgia dan kebetulan kendaraan yang dimiliki masih pakai bersama dengan istri, maka diputuskan menggunakan kendaraan umum yang berpenumpang banyak yaitu bis DAMRI yang kebetulan rutenya itu melewati kantorku yang sekarang.

Dengan sigap jari telunjuk mengacung dan wajah memandang kepala bis jurusan Jatinangor - Dipati Ukur yang meluncur dihadapanku. tapi ternyata dengan angkuhnya melewatiku tanpa senyunm sedikitpun (senyum??.... takut atuh kalo melihat bis tersenyum mah).. ternyata penumpang yang didominasi mahasiswa telah berjubel penuh sesak memadati badan bus yang bongsor dengan ditemani keringat dan wajah-wajah buru-buru karena takut terlambat memenuhi jadwal perkuliahan.


sorry salah gambar.... ini sih mobil yang nongkrong di garasi.. orang he he he

Setelah menanti dengan penuh kesabaran, akhirnya datang juga bis Damri selanjutnya. dengan satu gerakan lincah, tubuhku sudah berpindah ke dalam bis yang berjalan perlahan. beberapa kursi masih tersisa dan dengan segera menghempaskan pantat ini ke kursi yang tersedia dan menarik nafas lega, tapi...... ternyata kakiku nggak cukup karena terantuk oleh kursi yang depan..... walah, sempit banget rek. terpaksa pindah ke jok yang lain yang agak lapang sehingga kakiku tidak kaku tapi agak bisa bernafas lega dan terhindar dari rasa pegal kecepet kursi.

Sambil menikmati perjalanan, tiba-tiba terbersit dalam pikiran tentang apa itu DAMRI. Kenapa?.... karena selama ini kita tau bahwa bis ini namanya damri tapi setelah itu titik.... just damri. ada teman yang berucap bahwa DAMRI itu singkatan dari Dorong Aing Mun Rek Indit (dorong saya kalau mau jalan...... meni sinis kitu) mungkin dulu sering mogok kali ye.... tapi jangan sebegitunya atuh.... tega banget sich.

tiba - tiba reflek jari tangan mengambil hape dan dengan segera mengambil status kamera dan cetrrekk..... moment penumpang yang menikmati perjalanan menuju jatinangor dapat terekam dengan sempurna... punten nenk, photo lagi meremnya di upload... bukan maksud apa-apa tapi hanya ingin mengingkapkan bahwa betapa naik DAMRI itu nikmatttttt sekali.




trus ingat juga dulu kalau janjian ama temen, salah satunya di Pangdam, yang ternyata bukan singkatan dari Panglima Kodam tetapi Pangkalan Damri di Jatinangor..... memang kreatif dan unik singkatan yang muncul versi barudak.
padahal DAMRI itu menurut sejarah dan informasi dari mas wiki (baca wikipedia) terrnyata DAMRI adalah kepanjangan dari Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia yang dibentuk berdasarkan Makloemat Kementerian Perhoeboengan RI No.01/DAMRI/46 tanggal 25 Nopember 1946 dengan tugas utama menyelenggarakan angkutan orang dan barang diatas jalan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

kemana pak?.... lamunan ku langsung buyar oleh suara bariton kondektur bus damri yang kutumpangi dan segera 3 lembar uang seribuan plus uang logam telah berpindah tangan sebagai ongkos dari bandung menuju jatinangor. keringat dan suara serak pengamen ditingkahi alat musik alakadarnya menimbulkan sensasi tersendiri meskipun yang utama sih ribut nggak puguh. tapi setelah diresapi dan disyukuri maka muncul harmonisasi yang tak terbayangkan dan kenangan masa menjadi mahasiswa menyeruak kembali mengiringi syair lagu the Masiv yang berjudul " jangan menyerah".

..... akhirnya setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, bis perlahan memasuki kawasan jatinangor dan diriku bersiap tuk turun dan menapak di tanah yang menyimpan berbagai kenangan indah dimasa lalu...

dan..... DAMRI pun tersenyum diwarnai hitamnya asap knalpot yang terus perlahan meninggalkanku.

3 komentar:

  1. heuheuheu....fotonya harus dapet izin tuh...
    model nya ntar minta royalti...hehehe

    BalasHapus
  2. udh izin via telepati...... hehehe

    BalasHapus
  3. dramatisir dikit dong pengalamannya, biar pembaca hanyut.

    BalasHapus