25 Juli 2009

STRATEGI PEMBAURAN BANGSA DI JAWA BARAT


Ternyata sebuah istilah atau nama organisasi dapat berubah manakala bersentuhan dengan nomenklatur salah satu nama partai politik atau mirip dengan nama partai politik. Seperti nasib dari Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa yang disingkat BAKOM PKB harus diperjuangkan berubah karena hampir sama dengan PKB-nya Gusdur yaitu Partai Kebangkitan Bangsa. Hal itu diakui oleh Ketua Bakom PKB Provinsi Jawa Barat, Ibu Popong Otje Djundjunan pada saat memberikan ceramah dalam Kegiatan Peningkatan Wawasan Kebangsaan dan Orientasi Pembauran Bangsa bagi Komponen Masyarakat Angkatan Ke-II di Hotel Trio Jl. Gardujati No.55 – 61 Bandung Tanggal 22 Juli 2009.
Akibat kesamaan nama PKB tersebut maka sering terjadi dalam pelaksanaan program Bakom PKB Jawa Barat seperti ceramah atau bakti sosial muncul pertanyaan : “Ceu Popong ayeuna mah tos ngalih ka PKB nyaa? .. (maksudnya Partai Kebangkitan Bangsa)”, dan tentunya akan di jawab oleh Ceu Popong : ‘is henteu, eceu mah masih tetep Golkar, ieu mah PKB teh Penghayatan Kesatuan Bangsa alias Bakom PKB”. Ternyata di daerah lainpun relatif sama sehingga untuk memisahkan pendapat masyarakat tentang kemiripan tersebut maka Bakom PKB seluruh Indonesia berkumpul dan mengajukan usulan draft tentang perubahan Bakom PKB menjadi FPK (Forum Pembauran Kebangsaan).
Bakom PKB adalah suatu badan yang berdiri secara independen dan beranggotakan masyarakat swasta yang berfungsi untuk membantu menjadi mitra pemerintah dalam rangka peningkatan penghayatan tentang persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk di Tingkat Jawa Barat maka pengurusnya sangat pluralis dan mewakili berbagai suku dan keturunan dengan jumlah pengurusnya 45 orang dan contoh kota yang sangat pluralis adalah Kota Bandung.
Pengertian pembauran diawali dari terjadinya nuansa pembagian istilah antara pribumi yang terdiri dari kurang lebih 400 suku bangsa, keturunan ras melayu dan juga ras negroid di Papua dengan istilah non pribumi yaitu unsur masyarakat diluar pribumi. Maka makna pembauran adalah saling mendekat satu sama lain, saling memahami dan selanjutnya adalah menyatu dengan satu nafas sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi dalam orientasi pembauran bangsa adalah:
Pertama, warisan pola penjajahan belanda selama 350 tahun dengan politik memecah belah (devide et impera), berbeda dengan bekas jajahan inggris, maka Negara bekas jajahan inggris selalu mendapat pengayoman oleh Negara ‘mantan” penjajah, lebih maju dan berhubungan erat hingga saat ini seperti Negara Malaysia dan Filipina. Warisan penjajahan belanda lainnya adalah membuat klasifikasi status masyarakat seperti Klasifikasi I (Bangsa Eropa), Klasifikasi II (Bangsa Timur Asing) dan Klasifikasi III (Bangsa Indonesia) yang terbagi lagi kedalam tingkatan Bangsawan, Santana dan cacah kuricak alias rakyat kasta terendah.
Kedua, terdapat 3 golongan masyarakat saat ini dalam menyikapi pembauran bangsa, yaitu golongan I (peduli), golongan II (cuek atau acuh) dan golongan III ( apriori dan ekstrim). Maka focus adalah kepada golongan II dan III yang tentunya baik masyarakat Indonesia pribumi ataupun keturunan tionghoa.
Ketiga, untuk keturunan tionghoa masih terdapat hubungan emosional yang erat dengan Negara leluhurnya yaitu RRC karena RRC sebagai satu-satunya Negara di dunia yang menerapkan system politik yang memungkinkan seseorang yang berasal dari negera China dan pergi mengembara maka masih tetap merupakan warga RRC dan mendapatkan pengakuan selayaknya warga yang berada di China.
Langkah kongkrit yang dilakukan adalah :
1. Emprak atau action dimulai dari individu dan lingkungan terdekat
2. Melalui jalur organisasi
3. Tanamkan sejak masa kanak-kanak tentang konsep pembauran bangsa ini.
Semoga pembauran bangsa di Jawa Barat dan tentunya di Indonesia dapat berhasil dan bukan hanya tugas Bakom PKB/FPK tetapi merupakan tugas bersama dari seluruh komponen masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar