01 Juni 2012

Makam Imam Bonjol

Termangu memandang sebuah bangunan tempat peristirahatan sang pahlawan nasional yang kukenal melalui aneka buku sejarah baik buku pelajaran ataupun cerita heroik lainnya tentang sepak terjang putera terbaik pejuang bangsa yang berasal dari Ranah Minang yaitu Tuanku Imam Bonjol.
Setelah memarkir mobil dipelataran yang cukup untuk 8 mobil kecil, menyambut seorang ibu renta dengan senyumnya dan dengan ramah mempersilahkan memasuki komplek makan meski sederhana tetapi terlihat asri karenu rutin disapu dan rumput disiangi. Setelah menaiki beberapa undakan tibalah pada sebuah bangunan yang atapnya khas minangkabau didalamnya terdapat sebuah makam yang dilapisi marmer warna putih serta di dinding terdapat gambar tengku Imam bonjol menaiki kuda dengan gagahnya. Ibu ainun, nama perempuan renta yang sekarang memelihara komplek makam imam bonjol ini adalah generasi keempat dari pengawal Tengku Imam Bonjol yang bernama Apollos. Imam Bonjol diasingkan ke Menando oleh Belanda hanya ditemani seorang pengawal dan sang pengawal menikah dengan penduduk lokal yaitu Mengky Parengkuan di Kampung Lotta Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, kampung Lotta artinya rawa dan kedatangan Imam Bonjol sekaligus menyebarkan ajaran Islam di bumi Nyiur melambai ini dan sekarang tersisa 45 kepala keluarga beragama islam, sementara pineleng artinya pilihan, jaman imam bonjol pernah terjadi wabah malaria dan menewaskan banyak penduduk dan yang tersisa membuat perkampungan yang dinamakan perkampungan orang-orang pilihan (pineleng) yang selamat dari penyakit malaria.
Komplek makam ini adalah tanah warisan dari pengawal Imam bonjol dan dipelihara secara turun temurun oleh keluarga keturunan Apollos hingga generasi keempat bu Ainun dan dilanjutkan generasi kelima yaitu Bapak Nurdin atau akrab disapa Udin.
Selain komplek makam terdapat juga Batu tempat Imam Bonjol melaksanakan shalat, lokasinya 100 meter dari makam, menuruni anak tangga menuju ke tepi sungai, di lokasi tersebut terdapat batu besar yang cukup untuk digunakan shalat bagi orang dewasa, saya melaksanakan shalat dhuhur diatas batu tersebut dan terasa nyaman, pada posisi sujud, lekukan di batu tersebut tepat di dahi dan kedua lututku. Disamping batu tersebut terdapat sumur yang airnya sangat dangkal dan dapat diraih dengan gayung untuk wudhu membasuh badan menyegarkan ingatan betapa perjuangan melawan penjajahan perlu pengorbanan yang tak terkira, harus terasing ke pulai lain dan akhirnya meninggal di Kota Menado ini.
Selesai berdoa di makam imam bonjol dan shalat dhuhur di Batu yang biasa digunakan shalat oleh Imam bonjol maka diriku bergegas pamit meninggalkan lokasi tersebut dengan mendapatkan pelajaran berharga tentang arti pengorbanan dan perjuangan. Jangan lupa kita memberikan sedikit rejeki kita untuk membantu ibu ainun dan pa udin dalam memelihara kompleks makam ini, masukan saja ke dalam kotak yang tersedia dan membubuhkan tandatangan di buku tamu yang tersedia. Makasih Bu ainun dan Pa Nurdin atas informasinya terutama keikhlasan mengurus kompleks makam salah satu pahlawan nasional ini. Pa nurdin adalah anak bu ainun generasi kelima keturunan pengawal imam bonjol yang bertemu di lokasi, Pineleng-Minahasa 22 Mei 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar